International Nurses Day
Setiap tanggal 12 Mei, seluruh perawat di dunia secara bersama-sama memperingati "International Nurses Day" atau Hari Perawat Internasional. Dalam rangka memperingati perayaan tersebut, ada banyak kegiatan maupun cara yang dilakukan oleh perawat di masing-masing negara. Beberapa diantaranya merayakan dengan membagi bunga kepada pasien, melakukan kegiatan amal maupun dengan menggelar aksi damai yang bertujuan untuk menyampaikan aspirasi perawat.
Mengapa tanggal 12 Mei diperingati sebagai Hari Perawat Internasional? Pertanyaan ini mungkin selalu berputar di pikiran sebagian besar perawat atau orang awam yang melihat antusiasme dalam perayaan ini. Sebelum lebih jauh larut dalam "latah" dengan perayaan hari perawat, ada baiknya jika kita terlebih dahulu mengetahui dan mengenal sejarah tentang pemilihan tanggal 12 Mei tersebut.
Florence Nightingale |
Ulang Tahun Florence Nightingale
Tanggal 12 Mei sendiri sebenarnya adalah tanggal kelahiran Florence Nightingale, seorang perawat asal Firenze Italia pada tahun 1820. Terpilihnya hari kelahiran Florence Nightingale sebagai hari perawat internasional diprakarsai oleh International Council of Nurses (ICN) atau Dewan Perawat Internasional pada tahun 1974. Untuk merayakan hari perawat internasional, ICN setiap tahunnya mengirimkan kotak Hari Perawat Internasional. Kotak tersebut berisi bahan-bahan
informasi pendidikan dan publik, untuk digunakan oleh perawat di
mana-mana. Jika merunut ke belakang ICN telah merayakan hari perawat internasional ini sejak tahun 1965. Pada tahun 1953, Dorothy Sutherland, seorang pejabat di Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat, mengusulkan agar Presiden Dwight D. Eisenhower memproklamirkan "Hari Perawat", namun dia tidak menyetujuinya [1].
Pemilihan tanggal 12 Mei ternyata mengalami penolakan dari beberapa organisasi profesi keperawatan di Amerika Serikat. Pada tahun tahun 1999, sebuah organisasi profesi keperawatan, UNISON, bahkan
meminta ICN untuk mengubah tanggal hari peringatan ini ke tanggal lain
dan mengatakan bahwa Nightingale tidak mewakili keperawatan modern. Hal ini tidak digubris oleh ICN, karena sebelum mendapatkan keberatan dari UNISON Pada tahun 1998, 8 Mei ditetapkan sebagai Hari Keperawatan Mahasiswa Nasional. Penetapan hari perawat internasional ini diikuti kemudian pada tahun 2003, dengan menetapkan hari Rabu antara tanggal 6 hingga 12 Mei dirayakan sebagai Hari Perawat Sekolah Nasional [2]
Latar belakang inisiatif ICN memilih hari kelahiran Florence Nightingale sebagai hari perawat internasional lebih didasari pada sisi ketokohan, bukan siapa yang pertama. Florence dianggap dapat merepresentasikan sosok perawat modern yang berfikiran maju serta mempunyai wawasan dan pengetahuan yang tinggi. Sosok Florence juga dianggap mewakili perawat dari sisi caring atau kepedulian terhadap pasien, dimana dapat memandang manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang utuh dan perlu ketulusan hati.
Florence Masa Kini
Terlepas dari segala perdebatan mengenai tanggal 12 Mei yang ditetapkan sebagai Hari Perawat Internasional maupun perdebatan lainnya, ada hal lain yang sebenarnya lebih layak menjadi bahan diskusi. Tahun ini tema yang diambil dalam
merayakan Hari Perawat Sedunia yang dikutip dari International Council of
Nurses (ICN) adalah 'A Force for Change A Vital Resource for Health'. Tema ini
diambil untuk para perawat yang melakukan perubahan dengan sebuah sumber daya
vital bagi kesehatan di sepanjang tahun, melalui aksi individu dan kegiatan
kelompok [3]
"Para perawat memegang peran
penting, basis dalam perkembangan kondisi fisik setiap pasien, sehingga
mempengaruhi populasi dan sistem kesehatan," tulis situs Altius Directory.
Perawat juga merupakan pekerjaan yang menanamkan kepedulian tentang kesehatan [3]. Dalam sebuah sistem kesehatan, perawat memegang peranan penting dalam hal yang bersifat Promotif, Preventif dan Rehabilitatif. Hal ini yang kemudian direfleksikan oleh ICN dalam tema untuk perayaan Hari Perawat Internasional Tahun 2014.
Sebagai sebuah sumber daya vital, perawat sudah seharusnya memiliki kemampuan yang cakap dan berkompeten dalam bidang keperawatan. Perawat dituntut untuk melaksanakan 7 peran utama dalam memberikan asuhan keperawatan yakni; pemberi asuhan keperawatan, advokat, edukator, koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu. Untuk melaksanakan peran tersebut, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan klien. Bukan hanya kebutuhan biologis, namun juga kebutuhan psikologis, sosial dan kultural sehingga menjadi sebuah proses yang komprehensif.
Kenyataannya, tidak semua perawat mampu mengikuti tuntunan dan melaksanakan peran yang telah dirumuskan bersama. Seringkali perawat tidak mampu menunjukkan kompetensi dan profesionalitasnya saat memberikan asuhan keperawatan. Tidak heran, di beberapa negara khususnya negara berkembang profesi perawat masih dianggap sebagai "asisten" maupun "pembantu" profesi kesehatan lainnya. Sebuah ironi ditengah kemajuan pesat bidang keilmuan dan pengetahuan secara global khususnya di bidang kesehatan.
Florence-Florence di Indonesia
Di Indonesia, perawat menjadi sebuah profesi yang bertumbuh dan berkembang pesat khususnya dalam hal kuantitas baik institusi pendidikan maupun lulusan. Pada tahun 2013, jumlah perawat yang bekerja di sarana kesehatan di seluruh Indonesia mencapai 296.126 orang atau 33,12% dari total sebanyak 894.095 orang tenaga kesehatan dari berbagai profesi [4]. Jika dihitung berdasarkan rasio World Health Organisation jumlah perawat dengan jumlah penduduk di Indonesia sudah mencukupi [5].
Untuk menghasilkan SDM perawat, Indonesia tercatat memiliki 753 Akademi Keperawatan (Akper), 368 Politeknik Kesehatan (Poltekkes), 311 prodi S1, 7 prodi S2 dan 1 prodi S3 yang tersebar di seluruh Indonesia [6].
Besarnya jumlah institusi ternyata belum sebanding dengan kualitas pengelolaan maupun output yang dihasilkan. Untuk Akaper contohnya, dari jumlah 753 Akper di seluruh Indonesia tersebut, 457 diantaranya memiliki sertifikat akreditasi yang masih berlaku, 44 kadaluarsa dan 252 belum terakreditasi. Jumlah ini tentunya sangat fantastis sekaligus dilematis, dimana lebih dari 50% Akper ternyata belum terakreditasi yang berarti bahwa kualitas lulusan masih diragukan [6].
Dalam perkembangannya, perawat Indonesia banyak yang bekerja di luar negeri seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Inggris, Belanda, Norwegia.
Kebutuhan perawat Indonesia di dunia Barat meningkat pesat. Hal ini
sejalan dengan penuaan usia dan menurunnya
keinginan menjadi perawat pada generasi muda di Barat. Diperkirakan, di
Amerika saja kekurangan perawat profesional berkisar 1 juta orang di
tahun 2015. Selain itu, saat ini perawat Indonesia juga memiliki peluang besar untuk bekerja di negara Timur Tengah [7]. Secara umum, kebutuhan perawat di dunia saat ini dipasok dari tiga negara Asia, yakni, Filipina, China dan India. Padahal secara
geografis, Indonesia negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia.
Ada beberapa kelemahan mendasar yang dimiliki oleh perawat di Indonesia, sehingga kurang diperhitungkan dalam hal pemenuhan kebutuhan tenaga perawat internasional. Kelemahan mendasar, para lulusan perawat ini standar kompetensinya tidak
diakui dunia internasional. Sebagai perbandingan,
lulusan perawat Malaysia diakui oleh negara Commonwealth dan lulusan
perawat Filipina langsung bisa bekerja di Amerika dan Eropa [7].
Kelemahan kedua, perawat Indonesia kemampuan bahasa Inggris menyedihkan. Padahal kemampuan berbahasa Inggris sangat dibutuhkan dalam kompetisi tingkat internasional. Begitu juga soal ketrampilan, perawat Indonesia masih kurang, terlihat dari segi skoring the national council licensure examination (NCLEX) yang masih rendah. Ujian NCLEX merupakan prasyarat perawat Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri. Sebagai gambaran, skor yang diperoleh perawat Indonesia hanya mencapai angka 40. Padahal skoring yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50 sampai 70. Bahkan di Amerika Serikat skoring dipatok 70 sampai 80 [7].
Kelemahan kedua, perawat Indonesia kemampuan bahasa Inggris menyedihkan. Padahal kemampuan berbahasa Inggris sangat dibutuhkan dalam kompetisi tingkat internasional. Begitu juga soal ketrampilan, perawat Indonesia masih kurang, terlihat dari segi skoring the national council licensure examination (NCLEX) yang masih rendah. Ujian NCLEX merupakan prasyarat perawat Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri. Sebagai gambaran, skor yang diperoleh perawat Indonesia hanya mencapai angka 40. Padahal skoring yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50 sampai 70. Bahkan di Amerika Serikat skoring dipatok 70 sampai 80 [7].
Hal ini menunjukkan betapa tertinggalnya profesi keperawatan di negara kita, bahkan untuk bersaing dengan negara di regional ASEAN saja sangat sulit. Belum lagi adanya indikasi ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola keperawatan menjadi sebuah profesi yang lebih odern dan professional. Kita ambil contoh, Rencana Undang Undang (RUU) Keperawatan yang mengatur berbagai macam ketentuan belum disahkan sampai saat ini. Padahal, RUU Keperawatan yang disusun oleh Konsil Keperawatan Indonesia tersebut telah diajukan melalui Program Legislasi Nasional (Prolegnas) di DPR-RI sejak tahun 2009. Sampai dengan pertengahan tahun 2014, RUU Keperawatan belum mampu disahkan menjadi sebuah Undang-Undang. Terakhir, beberapa media menuliskan bahwa RUU Keperawatan telah mengalami pengurangan esensi sebesar 60% dari draft awal yang telah diajukan.
Harapan dalam kegelapan
Melalui momen peringatan Hari Perawat Internasional di tahun 2014 ini, perawat diharapkan mampu merebut sebuah momentum untuk bangkit ditengah keraguan dan keterpurukan profesi. Perawat harus mampu terus meng-upgrade kemampuan, pengetahuan maupun level pendidikan dalam bidang keperawatan. Selain itu, perawat juga harus mampu terus mengawal hak dalam memperoleh pengakuan melalui perundang-undangan dan peraturan legal khususnya di Indonesia.
Salah satu jalan untuk menjadikan profesionalitas perawat menjadi lebih baik sudah diupayakan melalui adanya Uji Kompetensi bagi mahasiswa Keperawatan sebagai syarat untuk memperoleh pengakuan dalam bentuk Surat Tanda Registrasi (STR). Diharapkan melalui terobosan dan pemikiran seperti ini maka profesi keperawatan akan bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Tidak cukup jika kita sebagai perawat hanya memenuhi social media kita dengan meng-update status maupun gambar yang dianggap berkaitan dengan International Nurses Day. Lebih daripada itu, harus ada pemikiran, ide dan tindakan yang lebih nyata untuk membangun profrdi yang kita cintai ini. Selamat Merayakan Hari Perawat Internasional tahun 2014, jadilah perawat yang CERDAS dalam berpikir, SANTUN dalam bertindak dan TERAMPIL dalam bekerja.
Tuhan Memberkati
Referensi
[1]. Wikipedia, 2013. "Hari Perawat Internasional". [link] Diakses tanggal 11 Mei 2014
[2]. Yulia, 2014. "Hari Perawat Sedunia, Selamat Ultah Florence Nightingale". [link] Diakses tanggal 12 Mei 2014
[3]. ICN, 2014. "International Nurses Day, A Force for Change A Vital Resource for Health". [link] Diakses tanggal 12 Mei 2014
[4]. BPPSDMK Depkes RI, 2013. "Rekapitulasi SDM Kesehatan di Indonesia". [link] Diakses tanggal 12 Mei 2014
[5]. Depkes RI, 2013. "Menkes: Kembalikan Kebanggan Untuk Melayani dalam Diri Perawat". [link] Diakses tanggal 12 Mei 2014
[6]. HPEQ Dikti, 2013. "Data Akreditasi Program Studi Keperawatan Per April 2012".[link] Diakses tanggal 12 Mei 2013
[7]. Kedaulatan Rakyat, 2013. "Standar Kompetensi Perawat Indonesia Tak Diakui Dunia". [link] Diakses tanggal 04 Februari 2014.
Tahun
ini tema yang diambil dalam merayakan Hari Perawat Sedunia yang dikutip
dari International Council of Nurses (ICN) adalah 'A Force for Change A
Vital Resource for Health'. Tema ini diambil untuk para perawat yang
melakukan perubahan dengan sebuah sumber daya vital bagi kesehatan di
sepanjang tahun, melalui aksi individu dan kegiatan kelompok. - See more
at:
http://news.liputan6.com/read/2048606/hari-perawat-sedunia-tt-selamat-ultah-florence-nightingale#sthash.j55hV7kE.dpuf
Tahun
ini tema yang diambil dalam merayakan Hari Perawat Sedunia yang dikutip
dari International Council of Nurses (ICN) adalah 'A Force for Change A
Vital Resource for Health'. Tema ini diambil untuk para perawat yang
melakukan perubahan dengan sebuah sumber daya vital bagi kesehatan di
sepanjang tahun, melalui aksi individu dan kegiatan kelompok. - See more
at:
http://news.liputan6.com/read/2048606/hari-perawat-sedunia-tt-selamat-ultah-florence-nightingale#sthash.j55hV7kE.dpuf
Tahun
ini tema yang diambil dalam merayakan Hari Perawat Sedunia yang dikutip
dari International Council of Nurses (ICN) adalah 'A Force for Change A
Vital Resource for Health'. Tema ini diambil untuk para perawat yang
melakukan perubahan dengan sebuah sumber daya vital bagi kesehatan di
sepanjang tahun, melalui aksi individu dan kegiatan kelompok. - See more
at:
http://news.liputan6.com/read/2048606/hari-perawat-sedunia-tt-selamat-ultah-florence-nightingale#sthash.j55hV7kE.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar